Minggu, 10 Januari 2010

ISLAM POLITIK DAN SPIRITUAL

ISLAM POLITIK DAN SPIRITUAL
Oleh: Heri Darmadi


1.Islam Sebagai Agama Terakhir
Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAWuntuk mengatur hubunngan manusia dengan Allah, dengan dirinya dan dengan sesamanya. Definisi ini sudah cukum untuk membatasi Islam dibanding dengan agama yang lainya. Batasan Islam sebagai agama yang diturunkan Allah memproteksi islam terhadap agama yang lainya. Sedangkan kepada Nabi Muhammad SAW memproteksi Islam terhadap agama samawi yang lain yang diturunkan Allah keppada nabi-nabi sebelumnya seperti Nasrani kepada Nabi Isa AS, yahudi kepada Nabi Musa AS dan agama yang alinya. Kalimat Yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, dengan dirinya dan dengan sesama, memberikan gambaran bahwa islam itu adalah agama yang sempurna meliputi seluruh aspek, baik itu politik, sosial, budaya maupun ibadah dan sanksi-sanksi yang akan diterima apabila melanggarnya.

19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab* kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

* Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran.

Ayat ini menjelaskan bahwa islam adalah agama yang terakhir adalah islam, kalimat Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam menyataakan bahwa islam adalah satu-satunya agama yang diridhoi dan dengan kata laain membatalkan agama-aagaamaa yang lain yang pernah diturunkan Allah kepada Nabi-Nabi sebelumnya.

2.Antara Islam dan Agama Lain
Setelah diturunkanya islam, maka agama-agama yang alin tidak lagi sah untuk diterapkan. Tentu merupakan kekufuran bagi siapa pun umat Muhammad yang memeluknya. Ini jelas nampak dari sikap marahnya Rasulullah saw. ketika menemukan Umar bin al-Khattâb membawa sobekan Taurat. Waktu itu beliau menyatakan:

“Apa (yang kamu bawa) ini, bukankah aku telah membawa (al-Kitâb) yang jelas dan jernih? Kalau seandainya saudaraku Musa as. hidup pada zamanku, tentu beliau tidak akan susah-susah lagi, kecuali mengikutiku.” (H.r. Ahmad dan al-Bazzâr dari Jâbir).
dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[1] terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu[2], Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, (QS-Almaidah 48)

[1] Maksudnya: Al Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam Kitab-Kitab sebelumnya.
[2 Maksudnya: umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya.

Dari kedua dalit tersebut, cukuplah kiranya untuk menyatakan bahwang islam adalah agama yang sah dan mematatalkan agama yang ada sebelumnya atau dengan katalain menyatakan kekufuran untuk memeluk agama adatupun mabda’ (idieologi) selain islam.
Jika melihat agama-agama lain di dunia ini seperti Hindu, Kristen, Budha dan sebagainya, maka kita akan menemukan bahwa semuanya hanya memberikan solusi kepada pemeluknya dalam masalah yang berkaitan dengan urusan dunia secara parsial. Jelasnya agama-agama yang disebutkan di atas hanya memberikan penyelesaian dalam urusan ibadah dan moral saja, tetapi untuk mengatur urusan kehidupan pemeluknya sehari-hari diserahkan kepada mereka
Pada sisi lain, mabda' kufur yang ada di dunia saat ini, baik Kapitalisme maupun Sosialisme-Komunisme, hanya mengatur urusan dunia saja; Kapitalisme dan Sosialisme hanya mengatur urusan dunia, di mana dimensi kerohanian penganutnya terpaksa harus diselesaikan melalui agama, di luar mabda' yang dianutnya. Demikian halnya dengan Yahudi, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu dan sebagainya hanya mengatur urusan akhirat dan spiritual saja sedangkan masalah kehidupan dunia pengikutnya diserahkan kepada mereka sendiri. Maka, dalam urusan dunia mereka ada yang mengambil Kapitalisme dan ada juga yang mengambil Sosialisme. Akibatnya ada yang menjadi ateis dan meninggalkan agamanya. Inilah krisis yang dialami oleh agama dan mabda' lain di luar Islam.
Sementara Islam secara qath’i telah mengajarkan konsep spiritual (rûhiyyah), yang berkaitan dengan akidah dan hukum-hukum ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji dan jihad, sehingga siapa pun yang mengingkari seluruhnya ataupun hanya sebagian saja, sama artinya telah kafir. Sama seperti ketika Islam secara qath’i telah menetapkan sanksi (hudûd, jinâyah, ta’zîr atau mukhâlafât), atau hukum-hukum sosial, seperti kewajiban berjilbab, keharaman berzina, ataupun hukum-hukum dalam masalah ekonomi seperti keharaman riba, mencuri, judi serta sanksi atas seluruh tindakan tersebut, ataupun seperti hukum-hukum dalam urusan politik, seperti kewajiban adanya imam, bai’at dan sebagainya, maka siapa saja yang menolak sebagian atau seluruhnya, orang tersebut telah menjadi kafir.

3.Islam sebagai Agama yang Benar
Bangkitnya suatu pemikiran manusia adalah didasri atas kebangkitan terhadap mafahim (pemahamnya). Sebagai contoh mafahim seseorang yang mencitai seseorang ia akan terus selalu berusaha memberikan sesuatu yang terbaik bagi orang yang dicintainya. Begitu pula sebaliknya, mafahim seseorang yang dibenci makan akan selalu memunculkan persepsi untu melawan yang dibencnya. Olrh karana itu, untuk membuat kebangkitan seseorang, maka kita harus merubah mafahimnya terlebih dahulu, sebagaimana firman-Nya:

Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Satu-satunya jalan untuk mengubah mafahim seseorang adalah dengan mewujudkan suatu pemikiran tentang kehidupan dunia sehingga dapat terwujud mafahim yang benar tentang kehidupan tersebut. Namun, pemikiran seperti ini tidak akan melekat erat dan memberikan hasil yang berarti, kecuali apabila terbentuk dalam dirinya pemikiran tentang alam semesta, manusia, dan hidup; tentang Zat yang ada sebelum kehidupan dunia dan apa yang ada sesudahnya; disamping juga keterkaitan kehidupan dunia dengan Zat yang ada sebelumnya dan apa yang ada sesudahnya. Semua itu dapat dicapai dengan memberikan kepada manusia pemikiran menyeluruh dan sempurna tentang apa yang ada di balik ketiga unsur utama tadi. Sebab, pemikiran...
download selengkapnya ISLAMPOLITIKDANSPIRITUAL.pdf

siapa yang melihat saya